Selasa, 23 Maret 2010

Astagfirullah


Menjadi amil, ibarat pejabat publik yang selalu disorot tingkah polahnya. Tuntutan sikap hidup ideal menjadi keharusan. Meski, dalam jiwa manusianya, amil tetaplah bukan makhluk sempurna. Tapi, haluan menuju kesempurnaan itu harus terus diarahkan.
Dalam pandangan saya, amil hamparan medan perjuangan kemanusiaan. Dalam 24 jam waktunya, ia harus siap menolong yang lemah dan membantu yang menderita. Kapan pun kaum dhuafa memerlukan bantuan darurat, amanah zakat itu harus segera tersampaikan. Amat heroik tampaknya, meski pencapaian seideal itu belum lah 100 persen.
Saya menyebut, para amil ini adalah pejuang. Tapi teman saya, tak mau disebut pejuang. Menurutnya, pejuang itu individu yang bekerja untuk masyarakat dan kepentingan umum tanpa pamrih. Sementara amil, mendapatkan imbalan layak dari apa yang telah ia kerjakan.
“Pekerja sosial lebih pasnya kita ini. Bukan pejuang”, tandas teman itu. Saya tertegun, mengunyah kalimat yang menyedak itu.
Akhir pekan lalu, saya berbincang dengan seorang sahabat yang punya profesi sama. Dia sudah tujuh tahun menjadi amil. Dari masa SMA, ia sudah dibantu lembaga tempatnya bekerja, hingga ia dijadikan amil tetap. Tapi, teman ini menumpahkan keluahannya luar biasa hebat. Ia merasa lembaga tidak adil memberikan kesejahteraan. Padahal setahu saya, dulu ia hidup amat sulit dan kini cukup sejahtera dengan mendapat gaji tetap di tempat yang telah banyak membantunya.
Hati saya terasa remuk. Benar kata teman saya di awal, spirit pejuang itu ternyata masih jauh dari nafas keamilan. Bahkan, saya jadi merasa malu mengaku sebagai pejuang kaum dhuafa, jika pada hakekatnya masih berpikir apa yang saya dapat. Sementara, sebuah lembaga zakat tumbuh karena keberadaan mustahik. Dari mereka dan untuk mereka.
Memang tidak semua amil selalu menuntut apa yang ia dapat. Ada pula yang kerja lurus hingga memenuhi kriteria pejuang tadi. Mereka kerja tak kenal lelah, dimana pun derita manusia terdengar, selalu hadir lebih cepat. Mereka bahkan malu menuntut gaji naik, apalagi minta fasilitas mewah lainnya. Karena menyadari keberadaannya sama dengan kaum dhuafa yang dibantunya.
Di akhir kalimat teman saya melecut, “Bedanya tipis dan jelas, amil dapat haknya lebih dahulu, mustahik dapat haknya belakangan”. Astaghfirullah.

Sumber : Mata Dunia

Sabtu, 27 Februari 2010

Ikhlas Berjuang


Boleh jadi mereka (Golongan yang Mencari Keuntungan) adalah kelompok yang tidak ingin memberikan dukungan kepada kami sebelum mereka mengetahui keuntungan materi yang dapat mereka peroleh sebagai imbalannya.
Kepada mereka ini kami hanya ingin mengatakan, "Menjauhlah! Di sini hanya ada pahala dari Allah jika kamu memang benar-benar ikhlas, dan surga-Nya jika Ia melihat ada kebaikan dalam hatimu. Adapun kami, kami adalah orang-orang yang msikin harta dan popularitas. Semua yang kami lakukan adalah pengorbana dengan apa yang ada di tangan kami dan dengan segenap kemampuan yang ada pada kami dengan harapan bahwa Allah akan meridhai. Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Imam Hasan Al Banna).

Niat IKHLAS adalah sebuah keniscayaan, sebuah keharusan di jalan dakwah ini. Dengannya, ia akan mampu melewati berbagai ujian dalam dakwah yang tidak ringan, di lingkup manapun ia berada.
Di sana tiap orang yang mengaku pelaku dakwah akan diuji dengan eksistensi diri, popularitas, jabatan, harga diri, kekayaan, keluarga, dll.
Di dalamnya, akan terseleksi siapakah yang mampu bertahan.
Sungguh tidak mudah, melainkan dengan kepahaman, keikhlasan, dan permohonan kepada Sang Pemilik Hati.

Bagi kami para mantan aktivis ’98,Kalaupun hari ini kami menjadi anggota dewan,Tidak pernah sama sekali kami pandang itu sebagai ‘hadiah’ ataupun ‘hasil’ perjuangan.Namun, semata-mata wujud pertanggungjawaban moral, publik, dan politik kami. Disebabkan kami pernah mengusung suatu gagasan perubahan yang ternyata sampai hari ini belum terwujud sama sekali.Jadi, semacam beban moril atas sebuah perjuangan yang belum dituntaskan.Sekarang, di forum parlemen ini konsistensi kami diuji.Untuk itu, saya selalu berdoa agar saya dan rekan-rekan seperjuangan lainnyaSenantiasa dikaruniai Allah keyakinan, keikhlasan serta semangat untuk terus istiqomah dalam beramal shalih,Dimanapun, kapanpun!

Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia Periode 1997-1998
(Anggota DPR RI Komisi XI (Keuangan Negara, Perencanaan Pembangunan dan Perbankan)

Luar Biasa



Sosok luar biasa
Menggambarkan keikhlasan....
Just Allah cintanya

Menginspirasi....
Mengharukan

Teringat kata-kata beliau
Sesungguhnya apa yang dilakukan kita (akhwat) dalam berkorban di jalan dakwah saat ini belum ada apa-apanya dibandingkan pengorbanan para sahabat dulu...
sahabat dulu bahkan disiksa fisiknya

Menetes air mataku saat itu
selain konten kata2 beliau, aku meyakini kata-kata itu betul2 masuk ke dalam hati karena kata-kata itu berasal dari hati
beliau menyampaikannya dengan lembut, sangat lembut, pelan namun pasti dan jelas, nyata.....
pendek saja, namun padat makna dan segera menyentuh hati
direnungkan dan memotivasi
Allahu'alam apakah penghayatanku jg bercampur dengan kondisi beliau saat itu
Saat itu sedang hotnya berita tentang poligami Aa Gym
Meski acara tdk menyinggung ttg hal itu

Ruangan saat itu hening,
semua akhwat yang jadi peserta acara (Puskomdays Bandung, sesi akhwat : Bedah Buku PPM) seperti "terhipnotis" fokus pada untaian kata-perkata beliau.

Subhanallah sosok nyata....
sosok luar biasa

Mungkin pengorbananmu bukanlah hal yang langka
karena sesungguhnya banyak sudah yang melakukan hal yang sama
bedanya, mereka tidak texpose

namun sungguh aku kagum
karena ku bertemu langsung sosok mu yang ternyata jauh luar biasa dibanding yang slama ini aku lihat di kotak segi empat atau media massa
ku sungguh kagum
karena tampaknya ku tidak/belum sanggup ketika dihadapkan situasi sepertimu
namun sekali lagi itulah gambaran cinta hakiki...

.....
semoga Allah membalas kebaikanmu dengan kebaikan yang lebih lagi

Allahu Rabbi, bantu hamba mencintaimu dengan sebenar-benar cinta.....

Khadijah The True Love Story Of Muhammad





Ia adalah wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampaipun ia telah meninggal dunia. Tahun-tahun yang terus berganti tidak dapat mengikis kecintaan sang suami padanya. Panjangnya masa tidak dapat menghapus kenangan bersamanya di hati sang suami. Bahkan sang suami terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya dalam ujian, kesulitan dan musibah yang dihadapi. Sang suami terus mencintainya dengan kecintaan yang mendatangkan rasa cemburu dari istri yang lain, yang dinikahi sepeninggalnya.




Suatu hari istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain (yakni ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha) berkata, “Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebutnya.” (HR. Bukhari)



Ya, dialah Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin Qushai. Dialah wanita yang pertama kali dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersamanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membina rumah tangga harmonis yang terbimbing dengan wahyu di Makkah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menikah dengan wanita lain sehingga dia meninggal dunia.

"Tidak. Demi Allah, aku tidak pernah mendapat pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia yang beriman kepadaku ketika semua orang ingkar. Ia yang mempercayaiku tatkala semua orang mendustakanku. Ia yang memberikan harta pada saat semua orang enggan memberi. Dan darinya aku memperoleh keturunan, sesuatu yang tidak kuperoleh dari istri-istriku yang lain. (Perkataan Rasulullah saw. mengenai Khadijah)


Saat menikah, khadijah radhiyallahu ‘anha berusia 40 tahun sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 25 tahun. Saat itu ia merupakan wanita yang paling terpandang, cantik dan sekaligus kaya. Ia menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tak lain karena mulianya sifat beliau, karena tingginya kecerdasan dan indahnya kejujuran beliau. Padahal saat itu sudah banyak para pemuka dan pemimpin kaum yang hendak menikahinya.



Ia adalah wanita terbaik sepanjang masa. Ia selalu memberi semangat dan keleluasaan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mencari kebenaran. Ia sendiri yang menyiapkan bekal untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau menyendiri dan beribadah di gua Hira’. Seorang pun tidak akan lupa perkataannya yang masyhur yang menjadikan Nabi merasakan tenang setelah terguncang dan merasa bahagia setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali yang pertama, “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)



Pun, saat suaminya menerima wahyu yang kedua berisi perintah untuk mulai berjuang mendakwahkan agama Allah dan mengajak pada tauhid, ia adalah wanita pertama yang percaya bahwa suaminya adalah utusan Allah dan kemudian menyatakan keislamannya tanpa ragu-ragu dan bimbang sedikit pun juga.



Khadijah termasuk salah satu nikmat yang Allah anugerahkan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia mendampingi beliau selama seperempat abad, menyayangi beliau di kala resah, melindungi beliau pada saat-saat yang kritis, menolong beliau dalam menyebarkan risalah, mendampingi beliau dalam menjalankan jihad yang berat, juga rela menyerahkan diri dan hartanya pada beliau.



Jibril mendatangi nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, inilah Khadijah yang datang sambil membawa bejana yang di dalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika dia datang, sampaikan salam kepadanya dari Rabb-nya, dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di surga, yang di dalamnya tidak ada suara hiruk pikuk dan keletihan.”


Meski ku jauh dari kesempurnaan sosoknya...
Khadijah......Inspirasiku.....
Semoga...

Bila Selalu Mengingat Mati

Sehalus-halus kehinaan di sisi ALLOH adalah tercerabutnya kedekatan kita dari sisi-Nya. Hal ini biasanya ditandai dengan kualitas ibadah yang jauh dari meningkat, atau bahkan malah menurun. Tidak bertambah bagus ibadahnya, tidak bertambah pula ilmu yang dapat membuatnya takut kepada ALLOH, bahkan justru maksiat pun sudah mulai dilakukan, dan anehnya yang bersangkutan tidak merasa rugi. Inilah tanda-tanda akan tercerabutnya nikmat berdekatan bersama ALLOH Azza wa Jalla.

Pantaslah bila Imam Ibnu Athoillah pernah berujar, "Rontoknya iman ini akan terjadi pelan-pelan, terkikis-kikis sedikit demi sedikit sampai akhirnya tanpa terasa habis tandas tidak tersisa". Demikianlah yang terjadi bagi orang yang tidak berusaha memelihara iman di dalam kalbunya. Karenanya jangan pernah permainkan nikmat iman di hati ini.

Ada sebuah kejadian yang semoga dengan diungkapkannya di forum ini ada hikmah yang bisa diambil. Kisahnya dari seorang teman yang waktu itu nampak begitu rajin beribadah, saat shalat tak lepas dari linang air mata, shalat tahajud pun tak pernah putus, bahkan
anak dan istrinya diajak pula untuk berjamaah ke mesjid. Selidik punya selidik, ternyata saat itu dia sedang menanggung utang. Karenanya diantara ibadah-ibadahnya itu dia selipkan pula doa agar utangnya segera terlunasi. Selang beberapa lama, ALLOH Azza wa Jalla, Zat yang Mahakaya dan Maha Mengabulkan setiap doa hamba-Nya pun berkenan melunasi utang rekan tersebut.

Sayangnya begitu utang terlunasi doanya mulai jarang, hilang pula motivasinya untuk beribadah. Biasanya kehilangan shalat tahajud menangis tersedu-sedu, "Mengapa Engkau tidak membangunkan aku, ya ALLOH?!", ujarnya seakan menyesali diri. Tapi lama-kelamaan tahajud tertinggal justru menjadi senang karena jadual tidur menjadi cukup. Bahkan sebelum azan biasanya sudah menuju mesjid, tapi akhir-akhir ini datang ke mesjid justru ketika azan. Hari berikutnya ketika azan tuntas baru selesai wudhu. Lain lagi pada besok harinya, ketika azan selesai justru masih di rumah, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk shalat di rumah saja.

Begitupun untuk shalat sunat, biasanya ketika masuk mesjid shalat sunat tahiyatul mesjid terlebih dulu dan salat fardhu pun selalu dibarengi shalat rawatib. Tapi sekarang saat datang lebih awal pun malah pura-pura berdiri menunggu iqamat, selalu ada saja alasannya. Sesudah iqamat biasanya memburu shaf paling awal, kini yang diburu justru shaf paling tengah, hari berikutnya ia memilih shaf sebelah pojok, bahkan lama-lama mencari shaf di dekat pintu, dengan alasan supaya tidak terlambat dua kali. "Kalau datang terlambat, maka ketika pulang aku tidak boleh terlambat lagi, pokoknya harus duluan!" Pikirnya.

Saat akan shalat sunat rawatib, ia malah menundanya dengan alasan nanti akan di rumah saja, padahal ketika sampai di rumah pun tidak dikerjakan. Entah disadari atau tidak oleh dirinya, ternyata pelan-pelan banyak ibadah yang ditinggalkan. Bahkan pergi ke majlis ta'lim yang biasanya rutin dilakukan, majlis ilmu di mana saja dikejar, sayangnya akhir-akhir ini kebiasaan itu malah hilang.

Ketika zikir pun biasanya selalu dihayati, sekarang justru antara apa yang diucapkan di mulut dengan suasana hati, sama sekali bak gayung tak bersambut. Mulut mengucap, tapi hati malah keliling dunia, masyaallah. Sudah dilakukan tanpa kesadaran, seringkali pula selalu ada alasan untuk tidak melakukannya. Saat-saat berdoa pun menjadi kering, tidak lagi memancarkan keuatan ruhiah, tidak ada sentuhan, inilah tanda-tanda hati mulai mengeras.

Kalau kebiasaan ibadah sudah mulai tercerabut satu persatu, maka inilah tanda-tanda sudah tercerabutnya taupiq dari-Nya. Akibat selanjutnya pun mudah ditebak, ketahanan penjagaan diri menjadi blong, kata-katanya menjadi kasar, mata jelalatan tidak terkendali, dan emosinya pun mudah membara. Apalagi ketika ibadah shalat yang merupakan benteng dari perbuatan keji dan munkar mulai lambat dilakukan, kadang-kadang pula mulai ditinggalkan. Ibadah yang lain nasibnya tak jauh beda, hingga akhirnya meningallah ia dalam keadaan hilang keyakinannya kepada ALLOH. Inilah yang disebut suul khatimah (jelek di akhir), naudzhubillah. Apalah artinya hidup kalau akhirnya seperti ini.  ***

Ada lagi sebuah kisah pilu ketika suatu waktu bersilaturahmi ke Batam. Kisahnya ada seorang wanita muda yang tidak bisa menjaga diri dalam pergaulan dengan lawan jenisnya sehingga dia hamil, sedangkan laki-lakinya tidak tahu entah kemana (tidak bertanggung jawab). Hampir putus asa ketika si wanita ini minta tolong kepada seorang pemuda mesjid. Ditolonglah ia untuk bisa melakukan persalinan di suatu klinik bersalin, hingga ia bisa melahirkan dengan lancar. Walau tidak jelas siapa ayahnya, akhirnya si wanita ini pun menjadi ibu dari seorang bayi mungil.

Sayangnya, sesudah beberapa lama ditolong, sifat-sifat jahiliyahnya kambuh lagi. Mungkin karena iman dan ilmunya masih kurang, bahkan ketika dinasihati pun tidak mempan lagi hingga akhirnya dia terjerumus lagi. Demikianlah kisah si wanita ini, ia kembali hamil di luar nikah tanpa ada pria yang mau bertanggung jawab.

Lalu ditolonglah ia oleh seseorang yang ternyata aqidahnya beda. Si orang yang akan membantu pun menawarkan bantuan keuangan dengan catatan harus pindah agama terlebih dulu. Si wanita pun menyetujuinya, dalam hatinya "Toh hanya untuk persalinan saja, setelah melahirkan aku akan masuk Islam lagi". Tapi ternyata ALLOH menentukan lain, saat persalinan itu justru malaikat Izrail datang menjemput, meninggalah si wanita dalam keadaan murtad, naudzhubillah.  ***

Cerita ini nampaknya bersesuaian pula dengan sebuah kisah klasik dari Imam Al Ghazali. 
Suatu ketika ada seseorang yang sudah bertahun-tahun menjadi muazin di sebuah menara tinggi di samping mesjid. Kebetulan di samping mesjid itu adapula sebuah rumah yang ternyata dihuni oleh keluarga non-muslim, diantara anak-anak keluarga itu ada seorang anak perempuan berparas cantik yang sedang berangkat ramaja.

Tiap naik menara untuk azan, secara tidak disengaja tatapan mata sang muazin selalu tertumbuk pada si anak gadis ini, begitu pula ketika turun dari menara. Seperti pepatah mengatakan "dari mata rurun ke hati", begitulah saking seringnya memandang, hati sang muazin pun mulai terpaut akan paras cantik anak gadis ini. Bahkan saat azan yang diucapkan di mulut Allahuakbar-Allahuakbar, tapi hatinya malah khusyu memikirkan anak gadis itu.

Karena sudah tidak tahan lagi, maka sang muazin ini pun nekad mendatangi rumah si anak gadis tersebut dengan tujuan untuk melamarnya. Hanya sayang, orang tua si anak gadis menolak dengan mentah-mentah, apalagi jika anaknya harus pindah keyakinan karena mengikuti agama calon suaminya, sang muazin yang beragama Islam itu. "Selama engkau masih memeluk Islam sebagai agamamu, tidak akan pernah aku ijinkan anakku menjadi istrimu" ujar si Bapak, seolah-olah memberi syarat agar sang muazin ini mau masuk agama keluarganya terlebih dulu.

Berpikir keraslah sang muazin ini, hanya sayang, saking ngebetnya pada gadis ini, pikirannya seakan sudah tidak mampu lagi berpikir jernih. Hingga akhirnya di hatinya terbersit suatu niat, "Ya ALLOH saya ini telah bertahun-tahun azan untuk mengingatkan dan mengajak manusia menyembah-Mu. Aku yakin Engkau telah menyaksikan itu dan telah pula memberikan balasan pahala yang setimpal. Tetapi saat ini aku mohon beberapa saat saja ya ALLOH, aku akan berpura-pura masuk agama keluarga si anak gadis ini, setelah menikahinya aku berjanji akan kembali masuk Islam". Baru saja dalam hatinya terbersit niat seperti itu, dia terpeleset jatuh dari tangga menara mesjid yang cukup tinggi itu. Akhirnya sang muazin pun meninggal dalam keadaan murtad dan suul khatimah. ***

Kalau kita simak dengan seksama uraian-uraian kisah di atas, nampaklah bahwa salah satu hikmah yang dapat kita ambil darinya adalah jikalau kita sedang berbuat kurang bermanfaat bahkan zhalim, maka salah satu teknik mengeremnya adalah dengan 'mengingat mati'. Bagaimana kalau kita tiba-tiba meninggal, padahal kita sedang berbuat maksiat, zhalim, atau aniaya? Tidak takutkah kita mati suul khatimah? Naudzhubillah. Ternyata ingat mati menjadi bagian yang sangat penting setelah doa dan ikhtiar kita dalam memelihara iman di relung kalbu ini. Artinya kalau ingin meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, maka selalulah ingat mati.

Dalam hal ini Rasulullah SAW telah mengingatkan para sahabatnya untuk selalu mengingat kematian. Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah keluar menuju mesjid. Tiba-tiba beliau mendapati suatu kaum yangsedang mengobrol dan tertawa. Maka beliau bersabda, "Ingatlah kematian. Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis."

Dan ternyata ingat mati itu efektif membuat kita seakan punya rem yang kokoh dari berbuat dosa dan aniaya. Akibatnya dimana saja dan kapan saja kita akan senantiasa terarahkan untuk melakukan segala sesuatu hanya yang bermanfaat. Begitupun ketika misalnya, mendengarkan musik ataupun nyanyian, yang didengarkan pasti hanya yang bermanfaat saja, seperti nasyid-nasyid Islami atau bahkan bacaan Al Quran yang mengingatkan kita kepada ALLOH Azza wa Jalla. Sehingga kalaupun malaikat Izrail datang menjemput saat itu, alhamdulillah kita sedang dalam kondisi ingat kepada ALLOH. Inilah khusnul khatimah.

Bahkan kalau kita lihat para arifin dan salafus shalih senantiasa mengingat kematian, seumpama seorang pemuda yang menunggu kekasihnya. Dan seorang kekasih tidak pernah melupakan janji kekasihnya. Diriwayatkan dari sahabat Hudzaifah r.a. bahwa ketika kematian menjemputnya, ia berkata, "Kekasih datang dalam keadaan miskin. Tiadalah beruntung siapa yang menyesali kedatangannya. Ya ALLOH, jika Engkau tahu bahwa kefakiran lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat, dan kematian lebih aku sukai daripada kehidupan, maka mudahkanlah bagiku kematian sehingga aku menemui-Mu."

Akhirnya, semoga kita digolongkan ALLOH SWT menjadi orang yang beroleh karunia khusnul khatimah. Amin! ***

Bundel by  UGLY --- Jan '02
Sungguh, dakwah ini tdk akan mengalami kerugian sama skali dg adax da'i yg insilakh (ter-eksitasi).
Sebab, Allah Jalla wa 'Ala Maha Berkuasa Atas Segalanya, akan menggantikn mereka dg kaum yg lbh baik, kaum yg siap brjihad fii sabilillah, dg harta dn jiwax.
Jgnlh mreka mengira, absenx mreka dari dkwah membuat dakwah

dakwah goncang dan merasa kehilangn.
Masih banyak abna'ul Islam yg antri utk memperjuangkan agama ini, dan meninggikan panji2nya.
Utk itu adl hal yg mudah bagi Allah Jalla wa 'Ala.
*Smg Allah snantiasa mnjaga hidyah dan ruh jihad dlm diri ini hingga ruh berpisah dari raga ini.

Viva Palestine!

Bahkan seorang ilmuwan politik pernah berkata: aneh sekali bila Indonesia mau membantu penyelesaian konflik di Palestina! Atas dasar apa? Atas dasar Islam kah? Bukankah negara-negara yang lebih “Islam” seperti Yordan, Mesir, Saudi, justru berbaik-baik dengan Israel? Mengapa Indonesia sok-sokan mau ikut menyelesaikan konflik Palestina-Israel? Sok-sokan memutuskan hubungan dgn Israel pula? Analoginya, bagaimana mungkin kita mau mendamaikan si Fulan yang berantem sama si Fulanah, tapi kita cuma mau berteman sama Fulan dan menolak berdialog dengan Fulanah? Harusnya, kita berdialog dengan kedua pihak (Fulan dan Fulanah), baru kita bisa mendamaikan keduanya.

Waktu saya mendengar argumentasi demikian dari seseorang yang berilmu tinggi, saya terdiam. Saya tak punya argumen bantahan.

Tapi, ketika saya menonton video di bawah ini, saya mendapatkan jawabannya. Di dalam video ini ada rekaman wawancara dengan George Galloway, mantan anggota parlemen Inggris, yang selama ini sangat vokal menyuarakan protes terhadap aksi pelanggaran HAM yang dilakukan Israel.
Galloway bersama tim Viva Palestina menempuh jarak ribuan kilo, mempertaruhkan nyawa, untuk membawa bahan makanan, obat-obatan, dll, ke Gaza. Di perbatasan Mesir, konvoi Viva Palestina tertahan, sempat bentrok dengan polisi, ada beberapa tim kemanusiaan yang terluka dan ditawan.

http://dinasulaeman.wordpress.com/2010/01/07/viva-palestina/

Reporter bertanya kepada Galloway, mengapa tidak lewat rute Israel saja?

Jawab Galloway (ini terjemahan bebas, berdasarkan ingatan saja, silahkan tonton sendiri utk detilnya): kami tidak akan meminta bantuan apapun, termasuk izin masuk (visa) karena selama Israel masih melakukan kejahatan kemanusiaan kami tidak akan mengakui Israel.

Reporter: apa tujuan Viva Palestina?

Galloway menjawab : tujuan utama tentu untuk menghantarkan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza yang telah mengalami blokade selama dua tahun lebih; tapi tujuan yang lebih penting lagi, untuk memberitahukan kepada dunia bahwa ada pemblokadean terhadap Gaza.

That’s the point.

Pendirian Israel membutuhkan dana yang sangat besar, mulai dari membiayai operasional “negara” itu secara langsung, membiayai negoisasi-negoisasi dengan negara-negara di kawasan supaya mau ‘berdamai’ dengan Israel (memangnya Mesir mau berbaik-baik dgn Israel itu gratisan?!), membiayai jaringan media massa dunia supaya terus memberitakan secara berat sebelah terkait konflik Palestina-Israel, membiayai lembaga-lembaga think-tank yang mempropagandakan kepentingan Israel, dll. Siapa yang mendanai mega proyek Israel ini? Seluruh dunia. Perusahaan-perusahaan transnasional mengeruk uang dari berbagai penjuru dunia untuk kemudian menyalurkannya kepada Israel.

Perilaku perusahaan-perusahaan transnasional itu..ah, sudah tahu sendiri kan? Kita di Indonesia juga jadi bulan-bulanannya. Bukankah kita selalu protes atas penguasaan hak eksploitasi kekayaan alam kita oleh perusahaan-perusahaan transnasional asing? Coba cek sendiri siapa di balik perusahaan-perusahaan transnasional itu.

Pemblokadean terhadap Gaza adalah bukti nyata dari imperialisme Israel. Namun masih banyak yang menyangkalnya dengan kalimat “Israel berhak untuk melindungi dirinya sendiri” (FYI, kalimat ini disampaikan oleh Obama).

Tapi hati nurani yang jernih tak bisa ditipu.

Viva Palestina adalah salah satunya. Didirikan Januari 2009 oleh George Galloway. Sebulan kemudian, berhasil mengumpulkan lebih dari 1 juta poundsterling (menurut situsnya, dana itu berasal dari sumbangan masyarakat 20 negara dunia), termasuk ambulans, mobil pemadam kebakaran, obat-obatan, baju, dll. Semua barang itu diangkut menempuh jarak 5000 mil dengan rute Belgia-Perancis-Spanyol-Maroko-Aljeria-Tunis-Libya-Mesir.

Konvoi terbaru (ketiga), diberangkatkan. Setelah sebulan menempuh ribuan mil, melewati 10 negara, disusul pula dengan satu kapal dan 4 pesawat yang membawa bantuan tambahan, tanggal 6 Januari 2009, 17.30 GMT, mereka mulai memasuki Jalur Gaza. Sebelumnya mereka selama 48 jam sempat tertahan di perbatasan Mesir, terjadi bentrokan dgn tentara Mesir.

Kata Galloway, untuk memberitahukan kepada dunia bahwa masih ada pemblokadean terhadap Gaza.

Ya, masyarakat dunia mudah lupa. Untuk itu, harus terus diingatkan. Penjajahan di Gaza belum usai. Israel belum berhenti melakukan kejahatan di sana. Penduduk Gaza dipenjara dalam penjara terbesar di dunia, tanpa suplai air, listrik, gas, bahan makanan, obat-obatan. Dan dunia seolah lupa pada tragedi pembantaian Gaza setahun yang lalu.

Viva Palestina membuktikan, bahwa ada yang tidak lupa dan ada yang terus berjuang untuk membantu Palestina, muslim, non-muslim, bahkan atheis. Kata Galloway, tahun depan, rute selanjutnya (bila dana kembali terkumpul) akan dimulai dari Venezuela hingga Gaza; dan dari Iran hingga Gaza; dan dari negara mana saja yang memang mau terlibat dalam aksi ini.

Poinnya, bila rezim rasis di Afrika Selatan bisa tumbang dengan tekanan internasional, rezim Israel yang rasis ini pun bisa ditumbangkan dengan cara yang sama. Tolong catat poin ini: rezimnya (Zionis) yang ditumbangkan, bukan penghuninya yang dibasmi (dibunuh) sampai tuntas.

Lalu, apa Indonesia harus berdiam diri saja, dengan alasan “toh orang Saudi dan Mesir aja yang lebih “Islam” mau berdamai dengan Israel”, atau, “Kita di Indonesia ini sudah susah, ngapain ngurusin kesusahan orang lain?”

Jawaban dari pernyataan di atas: kemiskinan di dunia ketiga (termasuk Indonesia) adalah akibat konspirasi perusahaan-perusahaan transnasional yang ingin mengeruk uang sebanyak-banyaknya (baca: Economic Hit Man). Pertanyaannya: kemana mereka menyalurkan uang itu? Saya sudah menjawabnya di atas.

Selasa, 09 Februari 2010

Bersyukur...Always..

Alhamdulillah... hari ini dpt pencerahan. Smg tetap istiqamah. Full spirit, ikhlas, sehat, cerdas, dekat dg Sang Pemilik Hati, Pemilik Segalanya, Pencipta Segalanya. Tidak ada yg tdk mungkin. Kemudahan2, "keajaiban2", akan muncul..mudah...sangat mudah...ketika kita dan hati kita dekat dg pemilik-Nya. 
Alhamdulillah....hari ini banyak dpt inspirasi. baik akademik maupun kehidupan. Thanks for my friend yg selalu full dg positif thinkingnya.  Aku yakin, hal itu mampu mengahantarkan pada kemudahan2 dan berdatangannya kebaikan2.

Senin, 25 Januari 2010

Lewat Sudah.....

Lewat sudah hari ini,
panas puasa,
alun adzan tanda buka basahi jiwa,
kusirami kering sepi diujung hari,
lambat menanti tak tersa lagi.
Terimalah puasa hamba
Ya Allah Ya Robbi,
walau masa mengikat hawa
lalai terlena.
Hamba cuma insan hina di laut jalan.
Haus dan gersang, lapar di badan yang hamba tahan…
Ampunilah hamba belum bisa puasa makna, rasa praduka, kata dan mata yang terjaga.
Trimalah Ya Robbi walau cuma lapar dahaga,
bimbinglah kami bersihkan hati mencari diri…

Puasa-Hadad Alwi

Kamis, 21 Januari 2010

Bagus Banget


Seger banget....buah kesukaanku, yg seger2...
Bagus lagi ukirannya....
Btw, ini buah melon atau semangka ya??? kalau dari nama gambarnya melon, tapi setelah dilihat lagi, lebih mirip semangka....
Penting gak sih.... hehe...
Tapi lumayanlah, buat bikin blogku jadi seger (posting ini emang itu tujuannya)...
semangat lihatnya..
Dulu kan aku paling suka gambar2 buah di buku2 catatn sekolah/kuliah.
Paling sering gambar semangaka yang dipotong kayak bulan separuh.
Kulitnya yang hijau + di atasnya putih mirip dg bulan sabit, daging semangkanya yg merah bikin gambarnya kayak bulan separuh...
Segerr....pas kenanya ngantuk di kelas, lumayan gambar ini ckup mujarab bikin mata n pikiran seger.